Hug and kiss

Masih dengan posisi sama, saling memeluk, memastikan jarak semu tak terbentang diantara mereka. Metawin tak lagi berada di atas Bright, Ia memilih menjatuhkan tubuhnya di samping kanan Bright. Menjadikan lengan kekar Bright sebagai bantal yang selalu membuatnya nyaman.

Keduanya sempat diselimuti keheningan, akibat tenggelam dalam pelukan hangat satu sama lain. Metawin sesekali memejamkan matanya, kala tangan besar Bright mengusap sayang punggung polosnya. Sementara Bright, beberapa kali memberikan kecupan lembut di kening Metawin.

“Sayang,”

Metawin seketika meremang akibat panggilan yang beberapa hari ini, tak pernah Ia dengar lagi. Ia pun kembali menyembunyikan wajahnya di lehar Bright, karena malu jika Bright melihat wajahnya memerah padam.

“Win, ayo ngobrol.”

“Ngomong aja, gue dengerin.”

Bright terkekeh saat Metawin semakin bersembunyi di perpotongan lehernya. Tangan kirinya perlahan bergerak lagi, memberikan usapan lembut dan sedikit menggoda di punggung Metawin yang tidak tertutupi selimut.

“Bri,”

“Hm?”

“Mau gini terus,” Ujar Metawin sedikit mendongak menatap si Tampan.

Sadar tengah ditatap, Bright pun menunduk. Pandangan nya bertemu dengan netra cantik Metawin yang menatapnya begitu dalam dan tulus.

“Sabar ya, sedikit lagi. Janji, setelah ini kalo ada apa-apa gue kasih kabar terus. Janji, ngga akan kasar lagi.”

Metawin mengangguk, lalu kembali bertanya, “Sabarnya sampe kapan?”

“Besok sore.”

Kedua alis Metawin refleks mengernyit penuh tanya. Sempat ingin menerka rencana apalagi yang Bright lakukan untuk Kyra setelah ini. Namun isi kepalanya seolah tak mampu untuk berpikir lebih jauh.

“Emang belum tau, siapa dalangnya?”

“Udah, ini gue mau cerita. Jangan dipotong ya,”

CUP

Satu kecup mesra Bright berikan pada bibir tebal Metawin yang selalu berhasil menggoda Bright seolah meminta untuk dinikmati. Metawin terkejut sebentar, sebelum akhirnya mengulas senyum dan membalas satu kecupan di bibir Briggt.

“Inget ngga, dulu jaman kita jadi panitia ospek fakultas, ada maba yang sering banget pingsan kalo ada kegiatan di lapangan? Ternyata itu Kyra. Awalnya gue juga lupa, tapi familiar sama wajahnya.”

Metawin menyamankan posisi tubuhnya dengan melingkarkan tangan kanannya di pinggang Bright dari dalam selimut. Hingga kuliat keduanya saling bersentuhan. Ia kembali fokus mendengar cerita Bright, setelah lagi dan lagi, bibirnya dikecup lembut oleh Bright.

“Gue dulu sering banget bantuin dia kalo pingsan. Gue yang gendong dia ke medis, gue juga yang siapin makan buat dia setiap abis pingsan, dan gue juga yang sering nemenin dia kalo sampe sore belum dijemput. Dari situ, Kyra mulai punya pikiran kalo gue suka sama dia.”

“Yang lebih gilanya lagi, dia bikin cerita ke temen-temen angkatan dia. Katanya, gue pernah ngajakin dia jalan setelah ospek selesai. Terus dia juga bilang, kalo gue pernah nembak dia pas gue semester 4.”

Bright melihat jelas ekspresi Metawin yang tampak geli sekaligus tak suka dengan cerita Bright yang memang terdengar sangat aneh. Namun, Bright memilih tetap melanjutkan ceritanya.

“Terus, sampe akhirnya dia tau kalo gue deket banget sama satu mahasiswa bisnis dan itu lo, makanya Kyra sempet berhenti ngarang cerita. Tapi ngga lama, soalnya dia tau waktu itu lo pacaran sama Aquene. Eh ternyata mereka sepupuan lumayan deket. Yaudah, makin jadi ngarangnya.”

Tanpa Bright sadari, Metawin tengah memperhatikannya dengan raut wajah yang cukup serius. Hingga kedua alisnya menukik tajam dan mata yang menatap lurus pada wajah Bright yang sedikit berada di atasnya.

“Terus?” Tanya Metawin menanti lanjutan dari ucapan Bright.

Yang ditanya justru kembali menunduk, lalu tersenyum saat mendapati kedua mata Metawin terlihat begitu lucu.

“Cium dulu,”

BLUSSHH.

Rona merah kembali menghiasi pipi tembam Metawin. Ditambah Bright yang perlahan mendekatkan wajahnya, seraya menatap lurus pada ranum lembut di bawahnya. Sedangkan si empunya memilih memejamkan mata, menyambut kecupan mesra dari si pemuda tampan itu.

Berawal dari kecupan ringan, hingga beralih menjadi pagutan hangat penuh nikmat. Bright terus memagut dengan lembut tanpa nafsu. Sungguh, bibir Metawin selalu berhasil memantik gairah panas di tubuhnya. Bahkan bibirnya saja, tak pernah gagal membuat Bright mabuk kepayang.

“Mhh—”

Metawin sadar saat ranumnya baru saja menciptakan suara penuh nikmat. Ia lantas menarik bibirnya, hingga pagutan bersama Bright terpaksa berakhir.

Malu.

Entah harus Ia kemanakan wajahnya saat ini. Metawin pun tak menampik fakta, bahwa bibir Bright terasa nikmat saat menjamah ranumnya. Pro-kisser, batin Metawin.

“Ceritanya lanjutin,”

Bright mengangguk dan kembali melanjutkan ceritanya yang sempat terputus. Meski dalam hati, Ia berteriak akibat wajah Metawin jauh lebih menggemaskan saat malu-malu seperti ini.

“Jadi, selama ini Kyra selalu dapet informasi tentang kita berdua, dari Aquene sama pacar dia selain gue.”

“Nah, dia kan suka ngarang cerita tentang gue sama dia tuh. Pas banget waktu itu gue naksir dia. Yaudah, halunya jadi kenyataan kata temen-temennya.”

Metawin mengangguk, namun pikirannya masih mempertanyakan perihal kebencian Kyra padanya selama ini.

“Dia kenapa ngga suka sama gue?”

“Lo pernah bikin dia sakit hati, dua kali.”

Bibir Metawin yang semula sedikit terbuka, kini menutup rapat setelah mendengar ucapan Bright. Memorinya pun Ia paksa mengingat, sosok Kyra yang hingga detik ini masih belum terjawab.

Ia merasa familiar dengan namanya, tapi entah dimana dan kapan Ia pernah mendengar atau mungkin bertemu sebelumnya. Namun Metawin yakin, Ia tak pernah mencari masalah dengan siapapun yang tak terlalu dekat dengannya. Metawin semakin ragu, hingga tanpa sadar menggigit bibir bawahnya.

Bright menyadari keresahan yang tiba-tiba muncul di raut wajah Metawin. Senyun manisnya tak lagi muncul. Semuanya berganti dengan ekspresi penuh keraguan.

“Jangan digigit bibirnya,”

Sementara si Manis kembali menatap Bright dengan sedikit menengadah.

“Gue familiar sama namanya, tapi ngga inget pernah ketemu atau kenal dimana.”

“Yaudah, jangan dipikirin. Biar gue yang cari tau, oke?”

Bright kembali menarik pinggang ramping Metawin untuk masuk ke dalam pelukannya lagi. Begitu erat, demi menangkan perasaan Metawin yang mendadak kacau. Metawin tak menolak, Ia pun membalas pelukan hangat yang Bright berikan.

“Mandi yuk?”

Sekujur tubuh Metawin meremang bukan main, kala bisikan sensual Bright dengan suara beratnya. Bright lantas menatap Metawin —

— dan kembali menyatukan bibir, saling memberi penawar rindu melalui pagutan penuh gairah.