Long Night

EXPLICIT CONTENT, 🔞, BxB, dirty words, unprotected sex, nipple play, blowjob, handjob, etc.

23.00

Derasnya hujan setia menemani dua insan yang tampak begitu nyaman dengan posisinya di atas ranjang. Ruangan yang gelap, hanya cahaya dari luar jendela yang menjadi satu-satunya penerangan kamar milik Bright malam ini.

Nafas keduanya masih terengah, setelah hampir 3 jam melakukan kegiatan panas yang mereka telah rencanakan sebelumnya. Metawin masih menutup kedua matanya, sembari mengatur deru nafas setelah digempur telak oleh pemuda tampan yang kini memeluk tubuhnya dari belakang.

Sedangkan Bright semakin memeluk pinggang ramping Metawin, mempertemukan dada bidang telanjangnya dengan punggung putih yang basah akan peluh. Bibirnya tak henti memberikan kecupan sensual disepanjang tengkuk hingga bahu telanjang milik Metawin.

Sadar akan aksi Bright yang semakin berani, memaksa Metawin membuka kedua matanya. Tangannya lantas mencengkeram lengan kekar yang melingkar di pinggangnya, melampiaskan sensasi nikmat kala Bright memberikan jilatan hangat di kulit lehernya.

“Capek?”

Gumam Bright, setelah berhasil kembali menindih tubuh ramping yang lebih muda. Metawin mendesah berat, sebelum melayangkan protes pada Bright yang kembali menyesap puting kanannya.

“Kak, nggak mau istirahat agak lamaan apa?”

Tanya Metawin sekenanya, akibat hisapan pada putingnya yang semakin melenyapkan warasnya.

Bukan jawaban yang Ia dapat, melainkan hisapan pada puting kiri yang baru saja Ia terima. Jujur saja, putingnya terasa perih karena terlalu sering dihisap bahkan diberikan gigitan kecil oleh Bright.

“Ahh udah, sakit— “

Mendengar kata terakhir yang Metawin ucapkan, membuat Bright refleks menjauhkan bibirnya dari dada sang pujaan. Ia lantas menatap wajah Metawin dari atas, tangannya terulur mengusap peluh yang membasahi kening pemuda di bawahnya.

“Maaf, sakit banget?”

Metawin menggeleng sesaat, kemudian mengalungkan kedua tangannya pada leher Bright.

“Perih aja, nanti jangan dipegang dulu ya.”

Bisik Metawin, setelah menarik tubuh Bright untuk kembali masuk dalam pelukannya. Ia kecup sekilas pipi Bright, kemudian beralih mengecup bahu bidangnya.

Sementara Bright mengangguk dan Ia lanjutkan dengan memberikan kecupan lembut pada seluruh sisi wajah manis di bawahnya. Hatinya menghangat, saat Metawin mengecup bibirnya dengan lembut. Terlebih saat jari-jari lentiknya menyisir pelan surai yang nyaris menutupi mata Bright.

“Masih kuat? Kalo udah capek banget, tidur aja ya?”

Nyatanya, pilihan yang Bright berikan pada Metawin tak sepenuhnya berlaku. Bahkan dirinya sendiri yang mematahkan rencana gilanya untuk menikmati tubuh sang pujaan semalaman penuh.

Bright tidak setega itu untuk melanjutkan kegiatan panasnya, jika pemuda di bawahnya tak lagi bertenaga. Namun sebelum Bright menjatuhkan tubuhnya ke samping, tangan Metawin lebih dulu menahannya.

“Katanya sampai besok pagi? Udah mau jam 12 juga, kalo mau lanjut, ayo aja.”

Ujar Metawin meyakinkan Bright untuk melanjutkan kegiatan yang entah kapan akan berakhir. Namun Bright tidak serta merta menuruti permintaan Metawin. Ia khawatir jika tubuh bagian bawah Metawin akan terasa sakit setelahnya.

Bright mengecup kening Metawin cukup lama. Kemudian turun pada bibir yang terlihat sedikit bengkak, Ia kecup sekilas, lalu beralih menatap manik cantik milik sang pujaan hati.

“Tadi yang pertama kasar banget ya?”

“Sedikit, but its okay.”

Metawin menggeleng seraya menangkup kedua pipi Bright. Manis, sangat manis. Perlakuan Bright selalu terasa manis untuk Metawin. Tidak hanya di luar, saat bercinta pun Bright selalu memperlakukan Metawin dengan sangat lembut. Bahkan setelah kelepasan menggempur Metawin dengan sedikit kasar, Bright senantiasa meminta maaf.

“Lanjut ya? Kan udah janji akunya sama kamu kemarin.”

Ujar Metawin menyadarkan Bright yang sempat melamun sesaat.

“Sekali lagi ya? Abis itu udahan, kasian badan kamu.”

“Iya sayanggg.”

Mendapat lampu hijau dari sang kekasih, Bright lantas melanjutkan aksinya. Pelukan pada tubuh Metawin pun perlahan merenggang, menciptakan jarak diantara tubuh mereka.

Selimut yang sempat menutupi tubuh mereka, ikut disingkirkan oleh kaki Bright. Wajah Bright berangsur turun dan mengecup singkat area leher, dada, hingga perut Metawin yang membentuk otot samar-samar.

Nafas Metawin kembali sesak, saat wajah Bright semakin dekat dengan kejantanannya yang masih tegang meski telah melewati 3 kali pelepasan. Ia enggan menatap ke bawah, takut kewarasannya semakin hilang jika menyaksikan langsung kegiatan Bright di bawah sana.

“Ahh kak!”

Pekik Metawin setelah Bright meremas pelan bongkahan sintal milik Metawin. Jari tengah Bright pun semakin berani menyentuh lubang yang kembali berkedut meski telah digempur berulang kali.

“Kak, bentar. Sini dulu,”

Ujar Metawin menghentikan gerakan Bright yang baru saja akan melesakkan jari tengahnya ke dalam lubang hangatnya.

Bright merangkak, mendekati wajah manis kekasihnya. Ia kecup lagi bibir manis Metawin sebelum menatapnya.

“Kenapa sayang?”

“Gantian. Aku yang di atas, boleh?”

Tanya Metawin dengan ragu. Tatapan Bright sontak membulat sesaat, namun cepat-cepat Ia netralkan ekspresinya.

“Boleh??”

Metawin kembali menanyakan ijin untuk mengambil alih permainan selanjutnya. Bright pun mengangguk, lalu menjatuhkan diri ke samping seraya menarik tubuh Metawin untuk naik ka atasnya.

Setelah tubuhnya duduk sempurna di atas yang lebih tua, Metawin menatap Bright sesaat. Mendadak pipinya memanas saat Bright tersenyum ke arahnya.

“Jangan kaget ya.”

Ujar Metawin yang dilanjutkan dengan memundurkan posisi duduknya hingga pipi pantatnya bersinggungan langsung dengan penis Bright.

Si empunya menggeram, saat tangan Metawin mulai mengocok pelan kebanggaan kekasihnya. Tak kuasa menahan nikmat kala kejantanannya dimanjakan tangan lembut Metawin, membuat Bright memejam erat matanya.

“Aahh enak Ta— mhh...”

Belum sampai satu menit, lagi dan lagi, Bright harus menahan nafasnya akibat Metawin yang tiba-tiba meraup bagian kepala penisnya tanpa persetujuan si pemiliknya.

Metawin hanya mendiamkan ujung penis Bright setelah bertemu dengan rongga mulutnya. Lidahnya tak berhenti bekerja memanjakan lubang penis seniornya di dalam sana. Sesekali Ia hisap pelan yang semakin merenggut kewarasan Bright yang nyaris tak tersisa.

“Mhh masukin semua, sayang...”

Titah Bright lembut, seraya mendorong pelan kepala Metawin untuk memperdalam masuk penisnya. Sayang, Metawin menggeleng sambil melepas kepala penis itu dari mulutnya.

“Aku mau main-main bentar, belum pernah lihat aku yang versi binal kan?”

DEG

Bright tercenung mendengar ucapan pemuda yang berlutut di antara dua pahanya. Binal, kata yang tak pernah Bright bayangkan bahwa kekasihnya akan begitu lihai dalam hal bercinta.

“Ahh—”

Pekik Bright tiba-tiba. Remasan nakal pada penisnya seakan menyadarkan lamunannya. Tangan Metawin kembali beraksi naik dan turun, memberikan kocokan dengan tempo sedang namun berhasil membuat Bright mulai gila.

Tangan cantik Metawin semakin bergerak liar memanjakan benda panjang favoritnya. Atmosfer sekitar semakin panas, bersamaan dengan kejantanan Bright kembali masuk ke dalam rongga mulut Metawin.

Bright semakin tak sanggup melakukan apapun, selain menahan lenguhan dan menutup mata seraya menengadah. Gigitan pada bibir bawahnya menjadi satu-satunya yang bisa Ia lakukan saat kepala Metawin mulai bergerak naik dan turun, mengulum kebanggaannya.

“Ta ahh— shit pelan, sayang ahhh!”

Bright kembali mendesah panjang setelag Metawin melakukan hal gila yang tidak pernah Ia lakukan sebelumnya. Deep throat. Pertama kali Bright merasakan, pertama kali pula akalnya seolah menghilang sempurna.

Sementara Metawin melirik sekilas ke arah sang kekasih yang terlihat meremas kasar surainya sendiri. Ia tau, yang Ia lakukan berhasil memberikan kenikmatan luar biasa untuk tubuh Bright. Kepalanya masih bergerak tiada henti, masih mengulum nikmat benda keras nan panas yang menjadi kesukaannya.

Dalam hati, Metawin terus menerus memuji ukuran penis kekasihnya. Ukuran yang nyaris merobek mulut dan lubang analnya. Namun, terasa begitu nikmat ketika penis itu mengoyak lubang senggamanya yang semakin berkedut membayangkan.

Bright semakin gila. Warasnya semakin menipis. Lenguhannya terus Ia tahan, membiarkan penisnya dihabisi oleh yang lebih muda. Nikmat, luar biasa nikmat. Penisnya terasa kian membesar di dalam mulut Metawin, seakan siap mengeluarkan kehangatan detik ini juga.

“Ta, udah ahh— udah yanghh enghhh”

Yang diminta pun menurut, dikeluarkannya penis tegang tersebut dari mulutnya. Ia tarik perlahan, namun tak sepenuhnya lepas. Metawin bermain sebentar dengan kepala penis Bright untuk Ia sesap sekali, kemudian Ia kecup seluruh bagian penis yang kini terlihat lebih besar.

PWAH

Atensinya masih menatap benda keras, panjang, dan penuh urat di hadapannya. Seolah bangga dengan hasil kerjanya, hingga penis Bright terlihat basah akibat kulumannya tadi.

Ditatap tanpa berkedip, membuat penis Bright bergerak malu-malu. Tangan Metawin terulur menyentuh penis itu lagi, Ia genggam dengan hati-hati seraya menatap raut wajah Bright yang lagi-lagi menahan nafasnya.

“Are you okay with dirty words?”

Tanya Metawin seiring dengan jemarinya yang memainkan bola kembar kekasihnya. Sungguh, Bright merasa kian tersiksa dengan segala serangan pada tubuhnya.

“I love this long fatty dick more than anything. The only kontol I love the most.”

Bright mematung. Mata yang sebelumnya memejam, sontak terbuka menatap penuh kejut ke arah Metawin yang masih terus mengusapkan kepala penisnya ke seluruh wajahnya. Tak peduli wajah Bright yang semakin memerah.

“Ta,”

“Hm?”

Gumam Metawin tanpa menghentikan aksinya mengusap wajahnya dengan penis tegang yang terasa begitu keras dalam genggamannya. Ah, Metawin begitu merindukan kegiatan memuja kejantanan Bright seperti ini. Masa bodo dengan dirinya yang terlihat seperti jalang,

“Suka banget?”

“Suka apanya? Kamu atau kontol kamu?”

Lagi dan lagi, Bright dibuat kelabakan sendiri akibat ucapan kotor Metawin namun dengan wajah begitu polos. Semakin tak tahan dengan serangan bertubi-tubi, Bright segera menegakkan tubuh dan sigap menarik kedua tangan Metawin untuk kembali duduk di atas pangkuannya.

“Aku lupa kalo pacar ku nakal banget. Pelan-pelan, aku masih suka kaget, sayang.”

Ujar Bright membuat Metawin terkekeh. Keduanya kembali menyatukan ranum masing-masing, kembali melumat bilah bibir yang terasa semakin manis.

Tangan Bright tak tinggal diam, perlahan Ia tarik kain terakhir yang membungkus pusat kenikmatan Metawin. Sedangkan si empunya otomatis ikut mengangkat sedikit tubunya untuk mempermudah pekerjaan Bright.

“Akhh, pelanhh...”

Lenguh Metawin saat jemari Bright melebarkan belahan sintal dan berusaha menemukan lubang yang Ia rindukan kenikmatannya.

“It's already wet, hm?”

“Padahal aku yang dimainin kontolnya dari tadi, kenapa lubang kamu yang basah?”

Shit!

Metawin menggeram dalam hati, tak menyangka keseksian Bright akan semakin bertambah saat bibirnya berucap kotor.

“Aku merinding denger kamu ngomong gitu. Ini aku jahat gak sih, ngajarin kamu ngomong kotor?”

Sementara Bright tersenyum menatap si manis yang semakin erat memeluknya, akibat pintu masuk analnya tengah digoda habis-habisan oleh jari tengah Bright.

Merasa pertanyaan yang dilontarkan tak terjawab, Metawin lantas menjilat sekilas perpotongan leher Bright yang terlihat merah. Sepertinya Metawin kalah cepat dengan 2 jari yang berhasil lolos ke dalam analnya.

Lenguhannya tertahan oleh bibir Bright yang tiba-tiba membungkam ranumnya. Gerakan jemarin Bright di dalam sana semakin menggila. Meskipun penis Bright telah mengeluarkan putih di dalam analnya, tubuh Metawin masih tersentak saat jari Bright mengerjainya.

“Ah! Ah! Ahhh— yanghh ah!”

Desahan keras akhirnya lolos setelah Bright mengakhiri pagutannya. Ia beralih menatap Metawin dari bawah, menikmati hangat lubang senggama yang menjepit 2 jarinya serta wajah sang kekasih diselimuti kabut nafsu yang begitu pekat.

“Kenapa kalo aku ngomong kotor? Hm? Suka nggak?”

“Akhh sukaaa— ah! there nghh lagihh”

“Iya ah! ah! disituhhh enak banget sayangg mhh”

Desahan demi desahan terus dilantunkan oleh bilah bibir si manis, seakan menjelma menjadi sosok binal yang terus menggoda Bright di bawahnya. Bright menyukainya, sekeras apapun desahan Metawin, akan tetap terdengar merdu baginya.

“Ahhh hah hah kenapa berhenti??”

Matanya membulat heran saat lubangnya mendadak kosong. Bright menarik jarinya keluar, tanpa aba-aba meninggalkan lubang indah favoritnya.

“Masukin sendiri. Gerak sendiri. Tadi udah 2 kali, aku yang gerak. Gantian ya?”

Ujar Bright dengan senyum miringnya. Metawin lagi-lagi merinding dibuatnya, terlebih ketika Ia menyadari tatapan Bright yang semakin penuh nafsu tengah menatap tubuhnya.

Tubuh keduanya sama-sama polos, tak terlindungi kain satupun. Metawin pun tak ambil pusing dengan permintaan Bright untuk menungganginya.

Tangannya lantas menggenggam kejantanan Bright yang semakin tegang. Ia kocok sebentar, seraya mengangkat tubuhnya dan mengarahkan penis itu tepat di depan lubangnya.

BLESSS

Kali ini Metawin tidak kesulitan saat memasukkan ke dalam analnya, mengingat Bright telah mengeluarkan spermanya di dalam sebanyak 2 kali. Namun tetap saja, baik Bright maupun Metawin tetap tersentak dan saling memejamkan mata.

Setelah beberapa detik, Metawin perlahan bergerak. Tubuhnya perlahan naik dan turun, persis seperti seseorang yang tengah menunggangi kuda pacu. Kedua tangannya bertumpu pada pundak kekar Bright, sesekali meraba puting keras miliknya sendiri.

“Ah! Ah! Ah! Aghh! Enak banget— mhh sayanghh ah! ah!”

“Shit, your hole!”

Bright semakin gila. Penisnya terasa semakin gila akibat jepitan kuat lubang senggama kekasihnya. Pun dengan Metawin yang tak kuasa menahan kenikmatan tiada tara saat penis tegang Bright semakin keras menghujam titik terdalamnya.

Prostatnya terus merasakan tumbukan nikmat oleh ujung penis Bright. Persetan dengan pandangan Bright yang akan menganggapnya sangat liar saat bercinta. Tubuhnya kian lincah, memompa tanpa henti di atas paha Bright.

Suara tamparan pertemuan antar kulit semakin terdengar jelas, mengisi seluruh sudut ruangan apartemen Bright. Metawin bergerak begitu liar, penuh nafsu, tampak sangat binal bak jalang profesional.

“Pacar ku pinter ahh, Ta— jangan diketatin, sayang mhh.”

“Enak sayang? Suka banget dimasukin kontol? Hm?”

Ditanya demikian, justru membuat Metawin tak karuan di atas Bright. Apalagi saat tangan besar Bright menyentuh pinggulnya, mengusap lembut sepanjang pinggang hingga paha Metawin.

“Ahh! Enak bangethh mhh ah! ah! ah! kontolnya makin— mhh besar akh!”

Sahut Metawin diiringi lenguhan kotornya. Tanpa sadar, tangan kirinya menarik wajah Bright untuk mendekati dada padatnya. Ia lantas meminta Bright memanjakan kedua putingnya, meski sebelumnya Ia sendiri yang mengeluh sakit di bagian putingnya.

Siapa juga yang akan menolak, jika diberi kenikmatan berkali lipat?

Bibir Bright dengan senang hati menyambut puting bengkak ke dalam mulutnya. Lidahnya bekerja membasahi noktah yang terasa kian mengeras. Kemudian hisap, gigit pelan, dan hisap lagi.

“Oh shit! Almost there ahh! Ah! Ah! Brighthh ahh”

“Sama-sama sayang!”

Metawin mendadak pusing. Puting, lubang anal serta penisnya diberi kenikmatan secara bersamaan. Selalu seperti ini, Bright tak akan mengijinkan Metawin untuk waras barang sedetik ketika mendekati puncak.

Keduanya saling memeluk erat, seiring dengan kocokan Bright pada penis Metawin semakin cepat. Pun dengan hujaman penis Bright di dalam lubangnya semakin gila.

“AKHH! TA, SAYANG AHHHHH...”

Bright sampai terlebih dahulu, kemudian disusul Metawin yang langsung menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Bright. Pelepasan ke 5 untuk Bright dan juga Metawin.

“Sayang? Pindah kamar ya? Aku bersihin dulu kamunya.”

Metawin menggeleng lemah di leher kekasihnya. Bibirnya tak sanggup menjawab, Ia terlalu lelah.

“Aku gendong ke kamar ya? Bobo aja, nanti aku bersihin kalo udah sampe kamar. Mau ya?”

“Pantat ku sakit...”

Ujar Metawin begitu lirih, nyaris tak terdengar namun berhasil memancing kekhawatiran yang lebih tua.

“Aku gendong ke kamar. Jangan banyak gerak, nanti abis aku bersihin, dipakein salep ya.”

Bright segera mengangkat tubuh ramping Metawin menuju kamar pribadinya. Setelahnya, Ia mempersiapkan keperluan untuk membersihkan tubuh sang kekasih yang terkulai lemah di atas ranjang.

Namun, dibalik rasa lelah dan kantuk yang perlahan hinggap, Metawin tersenyum. Hatinya kembali hangat, aftercare yang tidak pernah Ia dapatkan. Akhirnya bisa Ia rasakan, kedua kalinya.

Saat pertama, usai bercinta dengan Bright dan yang kedua pun usai bercinta panas dengan Bright.

Masih dan akan selalu Bright...


Schreiben_ / 250921