Sorry 2
📍 Ruang Keluarga | 18.48 WIB
Kini, tiga pemuda tampan itu telah berkumpul di ruang keluarga yang berada di rumah ini. Bright menjadi satu-satunya pihak yang sebetulnya tak begitu paham dengan urusan kakak beradik yang saat ini saling bungkam.
Anehnya, Metawin dan Pond mempercayakan Bright untuk menjadi penengah penyelesaian masalah kali ini. Padahal jika diingat kembali, Bright juga ikut andil dalam masalah yang bersangkutan dengan Kyra.
“Bisa ceritain dulu ngga, kenapa Kyra semarah itu sama Win?” Metawin sontak menegakkan duduknya.
“Aku cerita langsung masalah inti ya.”
Bright mendadak senyum tipis mendengar Metawin kembali menggunakan 'aku-kamu' saat berbicara dengannya. Namun sepertinya, Metawin sama sekali tidak menyadari ucapannya.
“Mereka dulu pacaran. Awalnya aku biasa aja sama Kyra. Sampai aku lihat sendiri, Kyra lagi jalan sama orang lain gandengan tangan. Makan berdua, udah kayak orang pacaran. Dan si tolol ini, lebih percaya sama itu cewek dari pada Kakaknya sendiri.” Ujar Metawin ketus.
Pond yang merasa terpojok pun siap mengeluarkan pembelaan. Namun, ditahan oleh Bright.
“Satu-satu ngomongnya. Win, masih lanjut?” Metawin mengangguk cepat.
“Tau gak, aku ngga sengaja lihat Kyra jalan sama yang lain tuh ngga cuma hari itu aja. Bahkan selama sebulan, aku lihat dia kayak gitu hampir 4 kali. Dengan 3 cowok yang berbeda.”
Bright sempat membulatkan mata, akibat pengakuan Metawin tentang Kyra. Sejujurnya, Bright tak menampik bahwa yang Metawin katakan memang benar. Ia pun pernah mengalaminya, namun Bright memilih untuk diam.
Kini giliran Pond yang menegakkan tubuhnya. Ekspresinya memang tidak setegang Metawin, namun tetap saja rahangnya terlihat mengeras.
“Gue ngga mau buat pembelaan, Kak. Cuma jelasin aja kenapa waktu itu, gue masih bertahan sama Kyra.”
“Waktu pacaran sama Kyra, gue bener sayang banget sama dia. Sesayang itu, Kak. Gue juga kadang bingung, kenapa bisa gue disakitin berkali-kali tapi masih aja sayang. Dia minta apapun, gue beliin. Ya, gue mikirnya dengan cara itu, hubungan gue bisa makin deket. Tapi ternyata gue salah, bahkan selama pacaran sama dia, gue diselingkuhin 4 kali. Salah satunya temen gue sendiri.”
Sang Kakak semakin jengah mendengar alasan-alasan yang terdengar sangat bodoh. Padahal, tanpa Ia sadari beberala kebodohan Pond juga terjadi padanya.
Disakiti berkali-kali, tak membuatnya berpindah ke lain hati.
“Dia pernah kabur dari rumah gara-gara gue marah banget dan minta dia putusin Kyra.” Ujar Metawin menambahkan.
Si penengah mulai pusing akibat kakak-adik yang tengah menjabarkan masalah dari masing-masing sudut pandang. Bright sendiri memaklumi sikap Metawin pada sang Adik. Tidak salah jika seorang Kakak ingin menjaga Adiknya. Tapi mungkin cara Metawin yang kurang tepat.
“Jadi, Kyra sakit hati sama kamu, gara-gara kamu minta mereka putus?” Metawin segera mengangguk.
“Tapi kenapa semarah itu? Bahkan sampai berani balas dendam kayak gini?”
“Kak Win, nyuruhnya ngga cuma sekali. Dulu, saking emosinya Kak Win, aku bener-bener ngga boleh keluar. Semua akses yang dikasih Papa, diambil alih sama Kak Win. Yaudah, Kyra makin marah aja pas aku ngga kasih kabar ke dia sebulan lebih.”
Ahh, Bright mulai menemukan pattern balas dendam yang Kyra rencanakan selama ini.
Metawin pernah membuat Kyra dan Pond kesulitan memberi kabar. Lalu Kyra membalasnya dengan mengambil alih ponsel Bright, agar kesuliatn memberi kanar pada siapa saja termasuk Metawin.
Pantas saja, selama Bright menjalin hubungan dengan Kyra, Bright merasa seperti terkurung. Semuanya diatur oleh Kyra, bahkan Ia sama sekali tidak diperbolehkan terlalu sering bertemu dengan Metawin. Sebab, Metawin lah orang yang menyebabkan hubungan Kyra dan Pond semakin renggang hingga berakhir putus.
“Jadi lo pulang ke Indonesia kali ini, buat ketemu Kyra?” Tanya Bright, yang dibalas anggukan lemah.
“Tapi gue pulang bukan mau ngajak balikan atau apapun itu, Kak. Gue malah pengen selesaiin semuanya. Selama di sana, gue ngerasa tenang. Apalagi kalau Kyra udah nyusul, gue makin takut orang rumah tau semua.”
Metawin terkejut, Ia sontak menatap tajam pada sang Adik.
“Kyra sering nyusul lo ke London?!” Pond mengangguk.
“Jangan bilang CC lo limit terus, beneran gara-gara dia?!” Pond mengangguk lagi.
Sudahlah. Metawin mendadak pusing. Ia lantas bersandar pada pundak Bright, tanpa sadar. Sedangkan Bright segera meraih tangan Metawin untuk Ia genggam lagi. Ia tau, Metawin sejak tadi susah payah menahan emosinya agar tak lepas kendali.
“Pond, lo tau kalo beberapa bulan terakhir ini, Kyra sama gue?” Giliran Bright bertanya.
“Gue baru tau setelah sampai di Jakarta, Kak. Selama disana ngga tau sama sekali. Bahkan ngga kepikiran juga kalo Kyra masih sakit hati sama Kak Win.”
Bright mengangguk. Ia menarik nafas sebelum kembali bersuara.
“Yang bikin Kyra makin marah, karena selama ini Kyra suka sama gue tapi gue selalu pentingin urusan Metawin daripada dia. Jadi ya, sakit hatinya makin kuat. Makanya, dia sebenci itu sama Win dan berakhir gue juga dimanfaatin, biar makin gampang balas dendamnya.” Jelas Bright panjang lebar.
Tangan yang sejak tadi menggenggam milik Metawin pun semakin erat saat Metawin mengangkat wajah dan menatapnya dengan jarak cukup dekat. Bright lantas tersenyum menatapnya, seraya mengangguk.
“Tapi gue udah putus kok. Dari 3 hari yang lalu.”